A. DEFINISI ETIKA DAN BISNIS SEBAGAI
SEBUAH PROFESI
1.
Hakekat
Mata Kuliah Etika Bisnis
Menurut
Drs. O.P Simorangkir bahwa hakikat etika bisnis adalah menganalisis atas
asumsi-asumsi bisnis, baik asumsi moral maupun pandangan dari sudut moral.
2.
Definisi
Etika Dan Bisnis
· Pengertian
Etika yaitu berasal dari bahasa yunani “ethos”
, berarti adat istiadat atau kebiasaan. Sehingga dalam pengertian ini, etika
berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun
suatu masayarakat / kelompok masyarakat. Hal ini berarti etika berkaitan dengan
nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala
kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang lain / dari satu
generasi ke generasi lainnya.
·
Bisnis dapat pula diartikan berdasarkan
konteks organisasi atau perusahaan yaitu usaha yang dilakukan organisasi /
perusahaan dengan menyediakan produk barang / jasa dengan tujuan memperoleh
nilai lebih.
·
Etika bisnis adalah bisnis setiap orang
disetiap hari sehingga etika bisnis termasuk semua manajer dan hubungan bisnis
mereka serta tindakan mereka
3.
Etiket
Moral, Hukum, dan Budaya
·
Etiket berasal dari bahasa Prancis yaitu
“ ethiquete “ yang berarti tata cara pergaulan yang baik antara sesama manusia.
Sedangkan etika itu berasal dari bahasa Yunani atau latin berarti falsafah
moral dan merupakan bagaimana cara hidup yang baik dan benar dilihat dari
sosial, budaya dan agama.
·
Moralitas adalah
keyakinan dan sikap batin, bukan hanya sekedar penyesuaian atau asal taat
terhadap aturan. Karena antara satu dengan yang lain paling mempengaruhi dan
saling membutuhkan.
·
Hukum adalah
refleksi minimum norma sosial dan standar dari sifat bsinis. Secara umum,
kebanyakan orang percaya bahwa sifat mematuhi hukum adalah juga sifat yang
beretika. Tapi banyak standar sifat didalam sosial yang tidak tertuliskan dalam
hukum.
·
Agama merupakan realitas yang berada di sekeliling
manusia. Masing–masing manusia memiliki kepercayaan tersendiri akan agama yang
diangapnya sebagai sebuah kebenaran. Agama yang telah menjadi dasar manusia ini
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial manusia tersebut.
4. Klasifikasi Etika
·
Etika Deskriptif
Etika Deskriptif yaitu Etika dimasna
objek yang dinilai adalah sikap dan perilaku manusia dalam mengejar tujuan
hidupnya sebagaimana adanya. Nilai dan pola perilaku manusia sebagaimana adanya
ini tercermin ada situasi dan kondisi yang telah membudaya di masyarakat secara
turun menurun.
·
Etika Normatif
Etika Normatif yaitu sikap dan
perilaku manusia atau masyarakat sesuai dengan norma dan moralitas yang ideal.
Etika ini secara umum dinilai memenuhi tuntutan dan perkembangan dinamika serta
kondisi masyarakat. Adanya tuntutan yang menjadi acuan bagi masyarakat umum
atau semua pihak dalam menjalankan kehidupannya.
·
Etika Deontologi
Etika Deotologi yaitu etika yang
dilaksanakan dengan dorongan oleh kewajiban untuk berbuat baik terhadap orang
atau pihak lain dari pelaku kehidupan. Bukan hanya dilihat dari akibat dan
tujuan yang ditimbulkan oleh sesuatu kegiatan atau aktivitas, tetapi dari
sesuatu aktivitas yang dilaksanakan karena ingin berbuat kebaikan terhadap
masyarakat atau pihak lain.
·
Etika Teleologi
Etika Teleologi adalah etika yang
diukur dari apa tujuan yang dicapai oleh para pelaku kegiatan. Aktivitas akan
dinilai baik jika bertujuan baik. Artinya sesuatu yang dicapai adalah sesuatu
yang baik dan mempunyai akibat yang baik. Baik ditinjau dari kepentingan pihak
yang terkait, maupun dilihat dari kepentingan semua pihak.
·
Etika Relatifisme
Etika Relatifisme adalah etika yang
dipergunakan dimana mengandung perbedaan kepentingan antara kelompok pasrial
dan kelompok universal atau global. Etika ini hanya berlaku bagi kelompok pasrial,
misalnya etika yang sesuai dengan adat istiadat lokal, regional dan konvensi,
sifat dan lain-lain. Dengan demikian tidak berlaku bagi semua pihak atau
masyarakat yang bersifat global.
5. Konsepsi Etika
Konsep-konsep dasar etika antara lain
adalah: ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia serta azas-azas
akhlak (moral) serta kesusilaan hati seseorang untuk berbuat baik dan juga
untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan tingkah Laku seseorang terhadap
orang lain.
Pentingnya
peranan etika dalam organisasi tidak mungkin lagi dapat dibesar-besarkan.
Organisasi tidak mungkin berfungsi secara bertanggung jawab tanpa memiliki
etika ketika menjalankan urusan kesehariannya. Setiap organisasi, baik publik
maupun swasta, seyogianya memiliki dan menerapkan suatu tatanan perilaku yang
dihormati setiap anggotanya dalam mengelola kegiatan organisasi. Tatanan ini
dimaksudkan sebagai pedoman dan acuan utama bagi anggota organisasi dalam
pengambilan keputusan sehari-hari. Tatanan ini digunakan untuk memperjelas
misi, nilai-nilai dan prinsip-prinsip organisasi, serta mengaitkannya dengan
standar perilaku profesional.
B. PRINSIP ETIKA DALAM BISNIS SERTA
ETIKA DAN LINGKUNGAN
1. Prinsip Otonomi
Orang bisnis yang otonom sadar sepenuhnya
akan apa yang menjadi kewajibannya dalam dunia bisnis. Ia akan sadar dengan
tidak begitu saja megikuti saja norma dan nilai moral yang ada, namun juga
melakukan sesuatu karena tahu dan sadar bahwa hal itu baik, karena semuanya
sudah dipikirkan dan dipertimbangkan secara masak-masak.
2. Prinsip Kejujuran
Bisnis tidak akan bertahan lama jika tidak
ada kejujuran, karena kejujuran merupakan modal utama untuk memperoleh
kepercayaan dari mitra bisnisnya, baik berupa kepercayaan komersil, material,
maupun moril.
3. Prinsip Keadilan
Prinsip ini menuntut agar setiap orang
diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adl dan kriteria yang
rasional objektif dan dapat ditertanggungjawab. Keadilan berarti tidak ada
pihak yang dirugikan hak dan kepentigannya.
4. Hormat Pada Diri Sendiri
Pinsip hormat pada
diri sendiri dalam etika bisnis merupakan prinsip tindakan yang dampaknya
berpulang kembali kepada bisnis itu sendiri. Dalam aktivitas bisnis tertentu ke
masyarakat merupakan cermin diri bisnis yang bersangkutan. Namun jika bisnis
memberikan kontribusi yang menyenangkan bagi masyarakat, tentu masyarakat
memberikan respon sama. Sebaliknya jika bisnis memberikan image yang tidak
menyenangkan maka masyarakat tentu tidak menyenangi terhadap bisnis yang
bersangkutan.
5. Hak Dan Kewajiban
Hak merupakan klaim yang dibuat oleh orang
atau kelompok yang satu terhadap yang lain atau terhadap masyarakat. Orang yang
mempunyai hak yang bisa menuntut (dan bukan saja mengharapkan atau
menganjurkan) bahwa orang lain akan memenuhi dan menghormati hak itu.
Kewajiban berarti suatu keharusan yang
harus dilakukan oleh seseorang atau kelompok dengan mengikuti kaidah serta
aturan yang ada dan biasanya dimula oleh sesuatu yang memiliki hak kepada
seseorang atau kelompok tersebut.
6. Teori Etika Lingkungan
· Teori
antroposentrisme
Teori ini memandang
manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya
dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan
yang diambil dalam kaitannya dengan alam, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
· Teori
Biosentrisme
Teori ini menganggap
alam mempunyai nilai pada dirinya sendiri lepas dari kepentingan manusia. Ciri
etika ini adalah biocentric, karena menganggap setiap kehidupan dan mahluk
hidup mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri.
· Teori
ekosientrisme
Etika ini memusatkan
pada seluruh komunitas ekologis baik yang hidup maupun tidak, karena secara
ekologis mahluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya slaing terkait satu sama
lain. Salah satu versi yang terkenal dari teori ini adalah deep ecology.
7. Prinsip Etika Di Lingkungan Hidup
Prinsip ini menjadi pegangan dan tuntutan
bagi perilaku kita dalam berhadapan dengan alam, baik perilaku terhadap alam
secara langsung maupun perilaku terhadap sesame manusia yang berakibat tertentu
terhadap alam :
·
Sikap hormat terhadap alam
Secara khusus sebagai
perilaku moral, manusia mempunyai kewajiban moral untuk menghormati kehidupan,
baik pada manusia maupun mahluk lain dalam komunitas ekologis seluruhnya.
Hormat terhadap alam merupakan suatu prinsip dasar bagi manusia sebagai bagian dari
alam semesta seluruhnya.
·
Prinsip tanggung jawab
Manusia sebagai bagian
dari alam semesta bertanggung jawab bersifat individual tetapi juga kolektif.
Kelestarian dan kerusakan alam merupakan tanggungjawab bersama seluruh umat
manusia.
·
Solidaritas Kosmis
Dalam diri manusia
timbul perasaan solider, senasib sepenanggungan dengan alam dan sesame mahluk
hidup lain. Prinsip ini bisa mendorong manusia untuk menyelamatkan lingkungan
dan semua kehidupan alam ini.
·
Prinsip kasih sayang dan kepedulian
Prinsip ini tidak
didasarkan pada pertimbangan kepentingan pribadi, tetapi semata-mata demi
kepentingan alam. Dengan semakin peduli terhadap alam, maka menusia menjadi
semakin matang dengan identitas yang kuat.
·
Prinsip “No Harm”
Terdapat kewajiban,
sikap solider dan kepedulian, paling tidak dengan tidak melakukan tindakan yang
merugikan atau mengancam eksistensi mahluk hidup lain di alam semesta ini.
·
Prinsip Hidup sederhana dan selaras
dengan alam
Prinsip ini menekankan
pada nilai, kualitas, cara hidup yang baik, bukan menekankan pada siakp rakus
dan tamak.
·
Prinsip keadilan
Prinsip ini menekankan
bahwa terdapat akses yang sama bagi semua kelompok dan anggota masyarakat ikut
dalam menentukan kebijakan pengelolaan dan pelestarian serta pemanfaatan sumber
daya alam.
·
Prinsip Demokrasi
Prinsip ini terkait
erat dengan hakikat alam, yaitu keanekaragaman dan pluralitas. Demokrasi
memberikan tempat seluas-luasnya bagi perbedaan keanekaragaman dan pluralitas.
·
Prinsip integritas moral
Prinsip ini terutama
untuk pejabat public, agar mempunyai sikap dan perilaku moral yang terhormat
serta memegang teguh prinsip-prinsip moral yang mengamankan kepentingan public,
untuk menjamin kepentingan di bidang lingkungan.
C. MODEL ETIKA DALAM BISNIS, SUMBER
NILAI ETIKA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ETIKA MANAJERIAL
1. Immoral Manajemen
Immoral Manajemen merupakan tingkatan
terendah dari model manajemen dalam menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis.
Manajer yang memiliki manajemen tipe ini pada umumnya sama sekali tidak
mengindahkan apa yang dimaksud denga moralitas, baik dalam internal
organisasinya maupun bagaimana dia menjalankan aktivitas bisnisnya. Para pelaku
bisnis yang tergolong pada tipe ini, biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan
dan kelengahan-kelengahan dalam komunitas untuk kepentingan dan keuntungan diri
sendiri, baik secara individu atau kelompok mereka.
2.
Amoral
Manajemen
Tingkatan kedua dalam aplikasi etika dan moralitas dalam
manajemen adalah amoral manajemen. Berbeda dengan immoral manajemen, manajer
dengan tipe manajemen seperti ini sebenarnya bukan tidak tahu sama sekali etika
atau moralitas. Ada dua jenis lain manajemen tipe amoral ini, yaitu Pertama,
manajer yang tidak sengaja berbuat amoral (unintentional amoral manager). Tipe
ini adalah para manajer yang dianggap kurang peka, bahwa dalam segala keputusan
bisnis yang diperbuat sebenarnya langsung atau tidak langsung akan memberikan
efek pada pihak lain. Kedua, tipe manajer yang sengaja berbuat amoral.
Manajemen dengan pola ini sebenarnya memahami ada aturan dan etika yang harus
dijalankan, namun terkadang secara sengaja melanggar etika tersebut berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan bisnis mereka, misalnya ingin melakukan efisiensi dan
lain-lain.
3.
Moral Manajemen
Tingkatan
tertinggi dari penerapan nilai-nilai etika atau moralitas dalam bisnis adalah
moral manajemen. Dalam moral manajemen, nilai-nilai etika dan moralitas
diletakkan pada level standar tertinggi dari segala bentuk perilaku dan
aktivitas bisnisnya. Manajer yang termasuk dalam tipe ini hanya menerima dan
mematuhi aturan-aturan yang berlaku namun juga terbiasa meletakkan
prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinannya. Seorang manajer yang termasuk
dalam tipe ini menginginkan keuntungan dalam bisnisnya, tapi hanya jika bisnis yang
dijalankannya secara lega dan juga tidak melanggar etika yang ada dalam
komunitas, seperti keadilan, kejujuran, dan semangat untuk mematuhi hukum yang
berlaku.
4.
Agama,
Filosofi, Budaya, Dan Hukum
·
Agama
Etika
sebagai ajaran baik buruk, benar salah, atau ajaran tentang moral khususnya
dalam perilaku dan tindakan-tindakan ekonomi, bersumber teutama dari ajaran
agama. Itulah sebebanya banyak ajaran dan paham dalam ekonomi barat menunjuk
pada kitab injil (bible), dan etika ekonomi yang budi banyak menunjuk pada
taurat. Demikian pula etika ekonomi islam termuat dalam lebih dari seperlima
ayat-ayat yang dimuat dalam Al-Qur’an. Etika yang bersumber dari ajaran agama
mengandung prisip yang berkaitan dengan nilai-nilai kebenaran yang berkaitan
sikaap dan perilaku yang dikasih tuhan.
·
Filosofi
Salah
satu sumber niali-nilai etika yang juga menjadi acuan dalam pengambilan
keputusan oleh manusia adalah ajaran-ajaran filosofi. Ajaran filosofi tersebut
bersumber dari ajaran-ajaran yang diwariskan dari ajaran-ajaran yang sudah
diajarkan dan berkembang lebih dari 2000 tahun yang lalu.
·
Hukum
Hukum
adalah aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah dalam rangka untuk menjamin
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Hukum menentukan
ekspektasi-ekspektasi etika yang diharapakan dalam masyarakat dan mencoba
mengatur serta mendorong pada perbaikan-baikan masalah-masalah yang dipandang
buruk atau tidak baik dalam masyarakat.
·
Budaya
Referensi
penting lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan etika bisnis adalah
pengalaman dan perkembangan budaya, baik budaya dari suatu bangsa maupun budaya
yang bersumber dari berbagai negara.
5.
Leadership
Kepemimpinan yang beretika
menggabungkan antara pengambilan keputusan yang beretika dan perilaku yang
beretika. Tanggung jawab utama dari seorang pemimpin adalah membuat keputusan
yang beretika dan berperilaku yang beretika pula. Ada beberapa hal yang harus
dilakukan oleh seorang pemimpin yang beretika yaitu :
-
Mereka berperilaku sedemikian rupa sehingga sejalan
dengan tujuannya dan organisasi.
-
Mereka berlaku sedemikian rupa sehingga secara
pribadi, dia merasa bangga akan perilakunya.
-
Mereka berperilaku dengan sabar dan penuh keyakinan
akan keputusan yang diambilnya dan dirinya sendiri.
6.
Strategi
Dan Perfomasi
Fungsi yang penting dari sebuah manajemen adalah untuk kreatif
dalam menghadapi tingginya tingkat persaingan yang membuat perusahaannya
mencapai tujuan perusahaa terutama dari sisi keuangan tanpa harus menodai
aktivitas bisnisnya berbagai kompromi etika.
7.
Karakter
Individu
Perjalanan hidup suatu perusahaan tidak lain adalah karena peran
banyak individu dalam menjalankan fungsi-fungsinya dalam perusahaan tersebut.
Perilaku para individu ini tentu akan sangat mempengaruhi pada
tindakan-tindakan mereka ditempat kerja atau dalam menjalankan aktivitas
bisnisnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi karakter individu : pengaruh
budaya, perilaku ini akan dipengaruhi oleh lingkunganya yang diciptakan di
tempat kerjanya, berhubungan dengan lingkungan luar tempat dia hidup berupa
kondisi politik dan hukum, serta pengaruh–pengaruh perubahan ekonomi.
8.
Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah suatu kumpulan nilai-nilai,
norma-norma, ritual dan pola tingkah laku yang menjadi karakteristik suatu
organisasi. Setiap budaya perusahaan akan memiliki dimensi etika yang didorong
tidak hanya oleh kebijakan-kebijakan formal perusahaan, tapi juga karena
kebiasaan-kebiasaan sehari-hari yang berkembang dalam organisasi perusahaan
tersebut, sehingga kemudian dipercayai sebagai suatu perilaku, yang bisa
ditandai mana perilaku yang pantas dan mana yang tidak pantas.
D. NORMA DAN ETIKA DALAM PEMASARAN, PRODUKSI,
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DAN FINANSIAL
1.
Pasar Dan Perlindungan Konsumen
Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem,
institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur di mana usaha menjual
barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang.
Perlindungan
Konsumen (Pasal 3) yaitu:
-
Meningkatkan kesadaran, kemampuan,
kemandirian konsumen untuk melindungi diri;
-
Mengangkat harkat dan martabat konsumen
dengan cara menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang dan / atau
jasa;
-
Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam
memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
-
Menciptakan sistem perlindungan konsumen
unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan
informasi;
-
Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha
mengenai pentingnya perlindungan konsumen, sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggungjawab dalam berusaha;
-
Meningkatkan kualitas barang dan / atau
jasa yang yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan / atau jasa,
kesehatan kenyaman, keamanan, keselamatan konsumen;
2.
Etika Iklan
Dalam
periklanan, etika dan persaingan yang sehat sangat diperlukan untuk menarik
konsumen. Karena dunia periklanan yang sehat sangat berpengaruh terhadap
kondisi ekonomi suatu negara. Sudah saatnya iklan di Indonesia bermoral dan
beretika. Berkurangnya etika dalam beriklan membuat keprihatinan banyak orang.
Tidak adanya etika dalam beriklan akan sangat merugikan bagi masyarakat, selain
itu juga bagi ekonomi suatu negara. Secara tidak sadar iklan yang tidak
beretika akan menghancurkan nama mereka sendiri bahkan negaranya sendiri.
3. Privasi Konsumen
Privasi konsumen sebagai suatu
kemampuan untuk mengontrol interaksi, kemampuan untuk memperoleh pilihan-pilihan
atau kemampuan untuk mencapai interaksi seperti yang diinginkan.
4.
Multimedia Etika Bisnis
Etika
berbisnis dalam multimedia didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
-
Akuntabilitas perusahaan termasuk tata
kelola perusahaan (good corporate governance) dalam pengambilan keputusan
manajerial.
-
Tanggungjawab sosial, yang merujuk pada
peranan bisnis dalam lingkungannya, pemerintah lokal dan nasional dan kondisi
bagi karyawannya.
-
Kepentingan stakeholder, yang mana
ditunjukan kepada kepentingan pemegang saham, owner, CEO dan pelanggan,,
supplier dan kompetitornya.
5.
Etika
Produksi
Etika
Produksi adalah seperangkat prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang menegaskan
tentang benar dan salahnya hal hal yang dikukan dalam proses produksi atau
dalam proses penambahan nilai guna barang.
6.
Pemanfaatan SDM
Dalam
pemanfaatan SDM, permasalahan yang masih dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah
sebagai berikut:
-
Kualitas SDM
yang sebagian besar masih rendah atau kurang siap memasuki duniakerja atau
dunia usaha.
-
Terbatasnya
jumlah lapangan
-
Jumlah angka
pengangguran yang cukup tinggi.
7.
Etika
Kerja
Etika Kerja adalah sistem nilai
atau norma yang digunakan oleh seluruh karyawan perusahaan, termasuk
pimpinannya dalam pelaksanaan kerja sehari-hari. Perusahaan dengan etika kerja
yang baik akan memiliki dan mengamalkan nilai-nilai, yakni : kejujuran,
keterbukaan, loyalitas kepada perusahaan, konsisten pada keputusan, dedikasi
kepada stakeholder, kerja sama yang baik, disiplin, dan bertanggung jawab.
8.
Hak-hak
Pekerja
-
Hak dasar pekerja mendapat perlindungan atas
tindakan PHK
-
Hak khusus untuk pekerja perempuan
-
Hak dasar mogok
-
Hak untuk membuat PKB (Perjanjian Kerja Bersama)
-
Hak dasar pekerja atas pembatasan waktu kerja,
istirahat, cuti dan libur
-
Hak pekerja atas perlindungan upah
-
Hak pekerja untuk jaminan sosial dan K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
-
Hak pekerja untuk hubungan kerja
9.
Hubungan
Saling Menguntungkan
Prinsip
Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principal) menuntut agar bisnis dijalankan
sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak. Jadi, kalau prinsip
keadilan menuntut agar tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan
kepentingannya, prinsip saling menguntungkan secara positif menuntut hal yang
sama, yaitu agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan satu sama lain
10. Persepakatan
Penggunaan Dana
Pengelola perusahaan mau memberikan
informasi tentang rencana penggunaan dana sehingga penyandang dana dapat
mempertimbangkan peluang return dan resiko. Rencana penggunaan dana harus
benar-benar transparan, komunikatif dan mudah dipahami. Semua harus diatur atau
ditentukan dalam perjanjian kerja sama penyandang dana dengan alokator dana.
DAFTAR PUSTAKA
Arijanto, Agus.2011. “Etika
Bisnis Bagi Pelaku Bisnis”. Raja Grafindo Persaja. Jakarta
Ernawan,
Erni. 2007. “Businnes Ethics”. Edisi ke satu. Alfabeta Bandung
Rinjin,
Ketut. 2004. “Etika Bisnis dan Implementasinya”. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Manuel,
Velasques. 2002. “Businnes Ethics : Consepts and Cases”. Prentice Hall
Bartens,
K. 2000. “Pengantar Etika Bisnis”. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Keraf,
A, Sonny. 1998. “Etika Bisnis dan Relevansinya”. Penerbit Kanisiun. Yogyakarta